Anggrek termasuk
dalam suku anggrek-anggrekan atau famili “Orchidaceae” yang dalam bahasa
yunani, kata “orchid” berasal dari orchis yang berarti testicle atau buah zakar. Zaman dahulu anggrek
identik dengan pria, baik warna, bentuk bahkan strukturnya. Anggrek juga
melambangkan kesuburan dan kejantanan, dahulu muncul anggapan jika mengkonsumsi
anggrek muda, maka seseorang bisa memiliki anak laki-laki, dan jika mengkonsumsi
anggrek tua akan melahirkan anak perempuan
, tetapi dalam mitos ini tidak disebutkan arti konsumsi ini dimakan sebagai bahan makanan atau hanya dinikmati keindahan bunganya saja. Anggrek termasuk keluarga besar dari kelompok (subdivisi) tanaman berbunga atau berbiji tertutup angiospermae), kelas tanaman berbiji tunggal (monocotyledone), ordo orchidaceae (anggrek anggrekan). Tanaman anggrek dapat tumbuh di dataran rendah, gurun kering, hutan rimba yang panas sampai dengan dataran tinggi, termasuk puncak gunung yang bersalju. Paling banyak spesies anggrek berasal dari daerah tropis karena disebabkan oleh agroklimat di daerah tropis itu sendiri sangat cocok untuk pertumbuhan anggrek (Ayub, 2005).
, tetapi dalam mitos ini tidak disebutkan arti konsumsi ini dimakan sebagai bahan makanan atau hanya dinikmati keindahan bunganya saja. Anggrek termasuk keluarga besar dari kelompok (subdivisi) tanaman berbunga atau berbiji tertutup angiospermae), kelas tanaman berbiji tunggal (monocotyledone), ordo orchidaceae (anggrek anggrekan). Tanaman anggrek dapat tumbuh di dataran rendah, gurun kering, hutan rimba yang panas sampai dengan dataran tinggi, termasuk puncak gunung yang bersalju. Paling banyak spesies anggrek berasal dari daerah tropis karena disebabkan oleh agroklimat di daerah tropis itu sendiri sangat cocok untuk pertumbuhan anggrek (Ayub, 2005).
Anggrek termasuk
dalam keluarga tanaman bunga-bungaan yang memiliki lebih banyak jenisnya
daripada keluarga tanaman bunga-bungaan lainnya. Para ahli tumbuh-tumbuhan
berkeyakinan bahwa anggrek memiliki lebih dari 25.000 jenis yang tersebar di
seluruh dunia. Tetapi karena kerusakan hutan, kita banyak kehilangan spesies
yang belum dikenali dan tidak tahu dengan pasti berapa jumlahnya. Indonesia
trekenal di seluruh dunia dengan kekayaan anggreknya yang memiliki lebih dari
4.000 jenis anggrek yang tersebar hampir di semua pulau. Kalimantan, Papua,
Sumatera, Jawa termasuk pulau-pulau yang terkenal di dunia karena kekayaan
anggreknya. Anggrek yang paling terkenal dari Indonesia adalah “anggrek bulan”
(Phalaenopsis amabilis) yang diangkat sebagai “Bunga Nasional” dan dijuluki
“Puspa Pesona”, dan “Anggrek Kantung” (Paphiopedilum javanicum). Anggrek
memiliki karakteristik sebagai berikut :
Memiliki tiga
sepal (daun kelopak bunga). Salah satunya yang terletak pada bagian belakang
(punggung) yang menghadap keatas dinamakan sepal dorsal.
Memiliki tiga
petal (daun mahkota bunga) yang letaknya selang-seling dengan daun kelopak
bunga. Salah satu dari petal yang terletak di bawah berbentuk seperti lidah
yang disebut labellum (bibir bunga), membuat bunga simetris antara kiri
dan kanan.
Putik dan benang
sari (bagian jantan dan betina) yang bergabung bersama pada bagian yang disebut
column.
Tepung sari yang
biasanya berkumpul bersama pada bagian yang disebut pollinia. Buahnya memiliki
biji yang sangat kecil dan banyak.
Tangkai bunga
dapat berkelak-kelok saat pertumbuhannya, tergantung pada arah sumber cahaya.
Anggrek bulan
(Phalaenopsis) secara resmi dinobatkan sebagai bunga nasional “Puspa Pesona”
sejak tanggal 5 Juni 1990. Putih bersih warnanya, berlidah kuning, terdiri atas
46-60 spesies, 22 jenis diantaranya tumbuh alami di Indonesia. Sangat menarik
sekali jika anggrek bulan ini dibudidayakan baik secara sederhana maupun modern
seperti dengan teknik kultur jaringan. Anggrek alam dilestarikan sebagai sumber
plasma nutfah bagi terciptanya hibrida-hibrida anggrek baru. Taiwan dan Singapura
sudah merintis agribisnis anggrek bulan. Taiwan yang berpusat di Sei Ha Farm
Enterprise (terbesar di dunia), dengan luas areal 3,3 hektar, per tahun bisa
memproduksi 1,5 juta bibit untuk di ekspor ke Jepang, Malaysia, Amerika Serikat
dan sejumlah negara Eropa.
Di Indonesia,
plasma nutfah anggrek bulan ini tumbuh alami di Maluku, Sulawesi, Ambon,
Kalimantan, Sumatera dan Jawa. Tanaman anggrek bulan ini tergolong jenis
“epifit” yakni menempel pada pohon (di alam). Ditandai dengan karakter
pertumbuhannya yang akarnya melekat pada kulit pohon. Seluruh bagian tumbuhan
(akar, batang, daun) mengapung di udara, sementara akarnya terdiri dari dua
macam, yakni akar lekat dan akar udara. Batang anggrek bulan kadang tak
terlihat dikarenakan tertutup oleh pelepah daun. Bentuk daunnya lanset atau
bundar panjang, berukuran antara 20-30 cm dengan lebar antara 3-12 cm. Memiliki
jumlah bunga per tangkai sangat variatif, 3-25 kuntum bahkan lebih, tergantung
spesiesnya juga. Anggrek bulan ini memiliki beberapa ciri khas yang menarik
sekali, yakni memiliki tiga sepal daun bunga (calyx), 3 petal daun mahkota
bunga (corolla), dan gymnostenium (putik dan benang sari menyatu). Sosok
anggrek bulan ini bisa dibilang sangat mempesona sekali karena selain
memiliki calyx, corolla dan bibir bunga dengan bentuk bermacam-macam,
juga kaya akan warna dari putih bersih, putih kekuning- kuningan, merah, ungu,
sampai kombinasi warna-warna lain, tergantung jenisnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar