S.Sudjojono |
Suasana pasar kecil
tradisional di pinggir jalan, nampak terlihat berjejer kios penjual diseberang
jalan, dan beberapa penjual buah yang menggelar buah daganganya dipinggir
jalan, beberapa pembeli terlihat sedang bertransaksi dengan penjual buah. Lalu
lalang sedikit mobil dengan hasil bumi untuk dijual ke pasar.
Nuansa pasar
tradisional, dengan jalan tanah, masih nampak sederhana dan alami, latar
belakang gunung dan hijaunya perbukitan, menjadikan lukisan ini memang
melukiskan suasana sebenarnya dari momen tersebut dalam gaya impressionism.
Karya S.Sudjojono |
S.
Sudjojono terpesona akan keindahan pantai Carita yang berpasir putih, keindahan
dan pesona pantai carita telah menginspirasi Beliau untuk menciptakan sebuah
karya seni tinggi, sebuah lukisan tentang keindahan pantai Carita. Nampak pada
lukisan perahu-perahu layar, suasana keramaian dari para pengunjung/ wisatawan
yang sedang bermain, hanyut dalam kegembiraan diantara riak ombak kecil yang
berpadu dengan keindahan pasir putih dan rindangnya pohon-pohon kelapa.
Pantai Carita adalah
sebuah pantai di pesisir
barat provinsi Banten, Indonesia. Pantai ini merupakan obyek pariwisata pantai
di Indonesia yang cukup terkenal selain Pantai Anyer, Pantai Karang Bolong dan
Pantai Tanjung Lesung.Pantai Carita adalah
Pantai Carita merupakan objek wisata yang terletak di Kabupaten Pandeglang, pantai ini terkenal dengan pasir pantainya yang putih sehingga membuat kawasan ini sering dikunjungi oleh wisatawan lokal maupun mancanegara.
Pantai Carita kaya akan sumber daya alamnya. Hamparan tepian yang amat landai dengan ombak laut yang kecil dan lembut menyapu di sepanjang pantai, dipadu dengan pemandangan Gunung Krakatau.
S. Sudjojono lahir di Kisaran,
Sumatera Utara 14 Desember 1913, dan wafat di Jakarta 25 Maret 1985.
Soedjojono lahir dari keluarga transmigran asal Pulau Jawa. Ayahnya,
Sindudarmo, adalah mantri kesehatan di perkebunan karet Kisaran, Sumatera
Utara, beristrikan seorang buruh perkebunan. Ia lalu dijadikan anak angkat oleh
seorang guru HIS, Yudhokusumo. Oleh bapak angkat inilah, Djon (nama
panggilannya) diajak ke Jakarta (waktu itu masih bernama Batavia) pada tahun
1925. Ia menamatkan HIS di Jakarta, lalu melanjutkan SMP di Bandung, dan
menyelesaikan SMA di Perguruan Taman Siswa di Yogyakarta. Di Yogyakarta itulah
ia sempat belajar montir sebelum belajar melukis kepada R.M. Pringadie selama
beberapa bulan. Sewaktu di Jakarta, ia belajar kepada pelukis Jepang, Chioji
Yazaki.
S. Sudjojono sempat menjadi guru di
Taman Siswa seusai lulus dari Taman Guru di perguruan yang didirikan oleh Ki
Hajar Dewantara itu. Ia ditugaskan oleh Ki Hajar Dewantara untuk membuka
sekolah baru di Rogojampi, Banyuwangi, tahun 1931. Namun ia kemudian memutuskan
untuk menjadi pelukis. Pada tahun 1937, ia ikut pameran bersama pelukis Eropa
di Kunstkring Jakarya, Jakarta. Inilah awal namanya dikenal sebagai pelukis,
Pada tahun itu juga ia menjadi pionir mendirikan Persatuan Ahli Gambar
Indonesia (Persagi). Oleh karena itu, masa itu disebut sebagai tonggak awal
seni lukis modern berciri Indonesia. Ia sempat menjabat sebagai sekretaris dan
juru bicara Persagi. Selain sebagai pelukis, ia juga dikenal sebagai kritikus
seni rupa pertama di Indonesia.
Lukisanya memiliki karakter Goresan
ekspresif dan sedikit bertekstur, goresan dan sapuan bagai dituang begitu saja
ke kanvas, pada periode sebelum kemerdekaan, karya lukisan S.Sudjojono banyak
bertema tentang semangat perjuangan rakyat Indonesia dalam mengusir penjajahan
Belanda, namun setelah jaman kemerdekaan kemudian karya Lukisanya banyak
bertema tentang pemandangan Alam, Bunga, aktifitas kehidupan masayarakat, dan
cerita budaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar