Selamat Datang

Kaligrafi

Selasa, 16 Oktober 2012

PELUKIS S.SUDJOJONO


S.Sudjojono


Suasana pasar kecil tradisional di pinggir jalan, nampak terlihat berjejer kios penjual diseberang jalan, dan beberapa penjual buah yang menggelar buah daganganya dipinggir jalan, beberapa pembeli terlihat sedang bertransaksi dengan penjual buah. Lalu lalang sedikit mobil dengan hasil bumi untuk dijual ke pasar.

Nuansa pasar tradisional, dengan jalan tanah, masih nampak sederhana dan alami, latar belakang gunung dan hijaunya perbukitan, menjadikan lukisan ini memang melukiskan suasana sebenarnya dari momen tersebut dalam gaya impressionism.
Karya S.Sudjojono
S. Sudjojono terpesona akan keindahan pantai Carita yang berpasir putih, keindahan dan pesona pantai carita telah menginspirasi Beliau untuk menciptakan sebuah karya seni tinggi, sebuah lukisan tentang keindahan pantai Carita. Nampak pada lukisan perahu-perahu layar, suasana keramaian dari para pengunjung/ wisatawan yang sedang bermain, hanyut dalam kegembiraan diantara riak ombak kecil yang berpadu dengan keindahan pasir putih dan rindangnya pohon-pohon kelapa.

Pantai Carita adalah
sebuah pantai di pesisir barat provinsi Banten, Indonesia. Pantai ini merupakan obyek pariwisata pantai di Indonesia yang cukup terkenal selain Pantai Anyer, Pantai Karang Bolong dan Pantai Tanjung Lesung.

Pantai Carita merupakan objek wisata yang terletak di Kabupaten Pandeglang, pantai ini terkenal dengan pasir pantainya yang putih sehingga membuat kawasan ini sering dikunjungi oleh wisatawan lokal maupun mancanegara.

Pantai Carita kaya akan sumber daya alamnya. Hamparan tepian yang amat landai dengan ombak laut yang kecil dan lembut menyapu di sepanjang pantai, dipadu dengan pemandangan Gunung Krakatau.
S. Sudjojono lahir di Kisaran, Sumatera Utara 14 Desember 1913, dan wafat  di Jakarta 25 Maret 1985. Soedjojono lahir dari keluarga transmigran asal Pulau Jawa. Ayahnya, Sindudarmo, adalah mantri kesehatan di perkebunan karet Kisaran, Sumatera Utara, beristrikan seorang buruh perkebunan. Ia lalu dijadikan anak angkat oleh seorang guru HIS, Yudhokusumo. Oleh bapak angkat inilah, Djon (nama panggilannya) diajak ke Jakarta (waktu itu masih bernama Batavia) pada tahun 1925. Ia menamatkan HIS di Jakarta, lalu melanjutkan SMP di Bandung, dan menyelesaikan SMA di Perguruan Taman Siswa di Yogyakarta. Di Yogyakarta itulah ia sempat belajar montir sebelum belajar melukis kepada R.M. Pringadie selama beberapa bulan. Sewaktu di Jakarta, ia belajar kepada pelukis Jepang, Chioji Yazaki.

S. Sudjojono sempat menjadi guru di Taman Siswa seusai lulus dari Taman Guru di perguruan yang didirikan oleh Ki Hajar Dewantara itu. Ia ditugaskan oleh Ki Hajar Dewantara untuk membuka sekolah baru di Rogojampi, Banyuwangi, tahun 1931. Namun ia kemudian memutuskan untuk menjadi pelukis. Pada tahun 1937, ia ikut pameran bersama pelukis Eropa di Kunstkring Jakarya, Jakarta. Inilah awal namanya dikenal sebagai pelukis, Pada tahun itu juga ia menjadi pionir mendirikan Persatuan Ahli Gambar Indonesia (Persagi). Oleh karena itu, masa itu disebut sebagai tonggak awal seni lukis modern berciri Indonesia. Ia sempat menjabat sebagai sekretaris dan juru bicara Persagi. Selain sebagai pelukis, ia juga dikenal sebagai kritikus seni rupa pertama di Indonesia.

Lukisanya memiliki karakter Goresan ekspresif dan sedikit bertekstur, goresan dan sapuan bagai dituang begitu saja ke kanvas, pada periode sebelum kemerdekaan, karya lukisan S.Sudjojono banyak bertema tentang semangat perjuangan rakyat Indonesia dalam mengusir penjajahan Belanda, namun setelah jaman kemerdekaan kemudian karya Lukisanya banyak bertema tentang pemandangan Alam, Bunga, aktifitas kehidupan masayarakat, dan cerita budaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar