Kaligrafi Islam
kontemporer merupakan karya “pemberontakan” atas kaedah-kaedah murni kaligrafi
klasik. Perkembangannya sangat pesat menjejali aneka media dalam bentuk-bentuk
kategori. Mazhab tersebut berusaha lepas dari kelaziman khat atau kaligrafi
murni yang banyak dipegang para khattat di banyak pesantren dan
perguruan-perguruan Islam seperti Naskhi, Tsulutsi, Farisi, Diwani, Diwani
Jali, Kufi, dan Riq’ah.
Di antara ciri-ciri
“pelanggaran” yang menunjuk pada bukti kebebasan kreatif yang menghasilkan gaya
berbeda ini dapat disimpulkan dari kemungkinan-kemungkinan berikut:
1. Sepenuhnya berdiri
sendiri sebagai suguhan khas pelukisnya, dengan mengabaikan samasekali bentuk
anatomi huruf khat murni. Bentuk ini merupakan eksplorasi teknik dan kebebasan
ekspresi penuh sang pelukis.
2. Merupakan
kombinasi antara hasil imaji pelukis dengan gaya murni yang sudah populer. Pada
bagian ini, karya kontemporer masih mewarisi sedikit warisan bentuk
tradisionalnya.
3. Gaya kontemporer
juga lebih mengarah kepada kecenderungan tema, yakni karya dwi-matra (dua
demensi) maupun tri-matra (tiga dimensi) yang menghadirkan unsur kaligrafi
“secara mandiri” maupun dilatari unsur lain dalam kesatuan estetik dengan
penampilan sebagai gaya ungkapan, media, dan teknik. Wujud nyata alam pada
karya-karya dihadirkan melalui penggambaran nyata berupa pemandangan
benda-benda, peristiwa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar