Pengantar Kaligrafi
Inti ajaran Islam
adalah tauhid. Kaligrafi yang kerap diistilahkan dengan sebutan art of Islamic
art (seninya seni Islam) mencerminkan inti ajaran tersebut, merujuk kepada
kelahiran dan perkembangannya yang menjauhkannya dari ikonoklasme. Ciri-cirinya
menonjol dari penampilannya yang abstrak, yang karenanya kerap pula disebut
‘seni abstrak’, sehingga terjauh dari kemungkinan gambaran-gambaran yang
menjurus pada obyek syirik atau sesembahan semisal pada seni patung atau seni
suara dan tari yang kerap ‘tenggelam dalam pusaran siklus hawa nafsu” sehingga
pada titik ekstrem menjadi hampa akan makna dan nilai-nilai moral.
Maka dalam
perjalanannya, kaligrafi Arab yang lebih sering menjadi alat visual ayat-ayat
al-Quran, tumbuh tertib mengikuti rumus-rumus berstandar (al-khat al-mansub)
olahan Ibnu Muqlah yang sangat ketat. Standarisasi yang menggunakan alat ukur
titik belah ketupat, alif, dan lingkaran untuk mendesain huruf-huruf itu
mencerminkan “etika berkaligrafi” dan kepatuhan pada “kaedah murni” aksara
Arab. Terutama bagi pemula, berpegang teguh pada kaidah khattiyah ini sangat
penting. Mengetahui seluk beluk aliran kaligrafi dan tatacara penulisannya
tidak saja akan memperkokoh kredibilitas tulisan pada komposisi yang serasi
(insijam wa mu’alamah). Lebih dari semuanya, sang karya dapat
dipertanggungjawabkan sebagai hasil pencapaian yang utuh (al-ikhtira al-kamil).
Hasil dari ikhtiar
tersebut, telah lahir aliran-aliran kaligrafi yang beragam. Dimulai dari
pengembangan al-aqlam as-sitah (Tsuluts, Naskhi, Muhaqqaq, Raihani, Tawqi, dan
Riqa’) di masa pemerintahan daulah Umayyah sebagai era kebangkitan kedua pasca
khat Kufi dan kaligrafi kursif kuno sesudahnya. Dari enam gaya tulisan yang
populer dengan sebutan Shish Qalam di Persia ini berkembang pula ratusan gaya lain.
Sampai abad 20, gaya-gaya tersebut menunjukan fluktuasi perkembangan yang
dinamis, meskipun kelahirannya hanya meninggalkan sekitar tujuh gaya tulisan
modern: Naskhi, Tsulutsi, Farisi, Diwani, Diwani Jali, Kufi, dan Riq’ah.
Gaya-gaya tulisan tersebut masih berkutat pada standar system Ibnu Muqlah tanpa
mengalami perubahan yang berarti.
Namun belakangan,
muncul gerakan menjauhkan diri dari kebekuan ikatan-ikatan baku di atas. Kreasi
mutakhir yang menyimpang dari grammar lama ini populer dengan sebutan kaligrafi
kontemporer, merujuk pada gaya zaman kiwari yang penuh dinamika dan kreativitas
dalam mencipta karya yang serba aneh dan unik.
Risalah ini bermaksud
mengenalkan serba sedikit gambaran mengenai kaligrafi Islam kontemporer dan
rembesan pengaruhnya terhadap seniman lukis dan para kaligrafer di Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar